Hai hai ^^
Pada kesempatan kali ini, shiro mau cerita tentang sebuah mitos nih. Apakah
kalian pernah mendengar kisah Kelinci Bulan?
Kelinci Bulan dalam folklor adalah seekor kelinci yang tinggal di Bulan,
berdasarkan pada pareidolia yang mengidentifikasikan mare Bulan sebagai seekor
kelinci. Kisah tersebut terkenal di berbagai negara, utamanya dalam folklor
Asia Timur dan mitologi Aztej. Di Asia Timur, kelinci tersebut terlihat sedang
menggunakan lesung dan mortar, namun penggambaran mortar berbeda antara folklor
Tiongkok, Jepang, dan Korea. Pada folklor Tiongkok, kelinci tersebut sering
digambarkan sebagai teman dari dewi Bulan Chang'e, yang sedang membuat ramuan
kehidupan abadi untuknya; namun pada versi Jepang dan Korea, kelinci tersebut
digambarkan sedang membuat kue nasi.
Nah, untuk kali ini Shiro mau cerita dari versi jepangnya.
Alkisah di suatu hutan hiduplah 3 ekor
binatang, yaitu seekor monyet, seekor rubah, dan seekor kelinci. Ketiganya
bersahabat baik dan merupakan binatang yang baik hati. Melihat ketiga binatang
tersebut, dewa penjaga bulan menjadi penasaran. “Siapa diantara mereka yang
paling baik?” pikirnya.
Sang dewa lalu turun ke bumi dan mengubah
dirinya supaya terlihat seperti pengemis tua. Ia menghampiri ketiga binatang
tersebut dengan tertatih-tatih. “Saya sangat lapar dan sudah berhari-hari tidak
makan. Kasihanilah orang tua ini,” kata sang dewa. Melihat pengemis yang
kelaparan, ketiga binatang itu jatuh kasihan. Monyet segera memetik buah-buahan
di hutan sebanyak yang ia bisa dan memberikannya kepada pengemis tersebut.
Sementara rubah mengumpulkan ikan sebanyak-banyaknya untuk si pengemis.
Namun kelinci tidak bisa mengumpulkan
apa-apa. Ia tidak bisa memetik buah diatas pohon yang tinggi maupun menangkap
ikan di sungai. Kelinci menjadi sedih, namun ia tak putus asa. Ia meminta
tolong kepada monyet dan rubah untuk membantunya mengumpulkan
ranting dan kayu
kering. Kemudian ia membuat api dan membakar kayu-kayu tersebut.
“Maaf aku tidak bisa mengumpulkan
apa-apa,” kata kelinci. “Namun aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Aku akan
masuk ke dalam api, setelah matang makanlah dagingku supaya kamu tidak lapar
lagi.”
Tanpa sempat dicegah oleh monyet dan
rubah, kelinci segera melompat ke dalam api untuk membakar dirinya sendiri.
Namun dalam sekejap sang dewa menyelamatkan kelinci dan menampakkan wujud aslinya.
“Kau tidak perlu membakar dirimu, wahai kelinci. Sebenarnya aku adalah dewa
penjaga bulan. Ketulusan dan kebaikanmu membuatku terharu. Ikutlah denganku ke
bulan untuk menemaniku.”
Sejak saat itu, kelinci tinggal bersama
sang dewa. Ia melayani sang dewa dan mengawasi bumi dari kejauhan. Bila monyet
dan rubah merindukan sahabatnya, mereka memandang bulan di langit untuk
melihatnya. Dan bila bulan purnama tiba akan terlihat si kelinci yang sedang
membuatkan mochi untuk sang dewa.
Itu
tadi sedikit cerita tentang kelinci bulan. Walau hanya mitos, Kadang Shiro
berharap di bulan benar-benar ada kelinci (kucing juga boleh.) >x<
Sekian
dari Shiro, Semoga bermanfaat untuk minasan semua.
Jaa, mata ashita~
No comments:
Post a Comment